Jumat, 07 September 2012

Makam Tengku Chik Rubee


Lhee Saboh Nang (Rubee)
Sejak dahulu kala usaha tani sawah di Kabupaten Pidie telah menggunakan sistem irigasi yang berfungsi baik. Melalui saluran-saluran kecil air dialirkan ke setiap petak sawah. Jaringan saluran irigasi menyebar ke berbagai lokasi persawahan. Setidak-tidaknya terdapat tiga jaringan irigasi terpenting di Kabupaten Pidie pada masa itu, yaitu Lueng Reubee, Lueng Bintang, dan Lueng Trueng Campli. Ketiga jaringan irigasi ini masing-masing menyatu dengan nama tiga ulama yang dipandang berjasa dalam membangunnya, yaitu Teungku Chik Di Reubee, Teungku Chik Di Pasi, dan Teungku Chik Trueng Campli. Ketiga ulama tersebut merupakan teman seperguruan saat berkhalwat pada seorang Teungku Tapa di Gunung Geureudong, Kabupaten Aceh Tengah. Selesai dari khalwat tersebut masing-masing ulama itu mendapatkan sebuah tongkat yang dapat digunakan untuk membuat saluran air dengan hanya menggoreskannya ke tanah.
Teungku Chik Di Reubee merintis pembangunan irigasi untuk Kecamatan-kecamatan Delima, Pidie, dan Batee. Teungku Chik Di Pasi membangun Lueng Bintang yang memasok air untuk pengairan sawah di kecamatan-kecamatan Titeue/Keumala, Kota Bakti, Mutiara, Peukan Baro, Indrajaya, Kembang Tanjung, dan Simpang Tiga. Teungku Chik Trueng Campli membangun Lueng Trueng Campli yang bermuara di Pasi Lhok. Sejak tahun 90-an, ketiga jaringan irigasi itu dijadikan satu proyek, yaitu Proyek Irigasi Baro Raya. Three rivers, one plan, and one management.
Berdasarkan ceritera yang berkembang secara turun-temurun, Teungku Chik Di Reubee merupakan gelar yang diberikan masyarakat untuk Syeikh Abdus Samad As-Shagaf dari Iskandariah, Mesir. Saat datang dan masa menetapnya di Reubee tidak diingat secara pasti. Beliau datang ke Aceh untuk menyiarkan agama Islam di Reubee. Di kampung tempat makamnya sekarang beliau membangun sebuah dayah yang dikenal dengan Dayah Teungku Chik Di Reubee. Masyarakat sekitar dan dari tempat-tempat yang lain datang ke sana untuk memperdalam pengetahuan agama Islam. Karena itu, nama beliau dan dayahnya tidak hanya dikenal di kawasan Pidie tetapi juga ke daerah-daerah lain, bahkan sampai ke Malaysia, Patani, dan Brunai Darussalam.
Selain ahli di bidang agama Islam, Syeikh Abdus Samad juga teknokrat dalam pembangunan pertanian dan irigasi. Sejak awal menetap di Reubee, sambil menyiarkan agama Islam beliau juga membuka lahan-lahan pertanian, membangun jaringan irigasi dan bendungan. Wujud konkrit dari karya beliau adalah persawahan, saluran air Lueng Teungku Chik Di Reubee, dan Seuneulhob Reubee. Ketika proyek pembangunan pertanian tersebut merupakan karya semusim Teungku Chik Di Rebee yang dimanfaatkan selama berabad-abad oleh masyarakat luas. Tepat agaknya untuk dikatakan sebagai wujud Pembangunan Berkelanjutan, karena tidak merusak lingkungan dan hasilnya mengalir sepanjang musim.
Agaknya bukan tanpa beralasan bila masyarakat Reubee dan sekitarnya secara turun temurun mengenang jasa-jasa beliau secara ikhlas seraya bersyukur kepada Allah swt. yang telah mentakdirkan Syeikh Abdus Samad berada di tengah-tengah kehidupan mereka, walaupun sekarang hanya berwujud makam beliau. Setiap tahun masyarakat Reubee dan sekitarnya menyelenggarakan kenduri bak kubu Teungku Chik Di Reubee. Kenduri itu biasanya berlangsung pada awal bulan Rabi’ul Akhir. Ketulusan dan kekhidmatan merupakan nilai sentral yang sangat dipentingkan dalam penyelenggaraan kenduri tersebut. Sikap dan prilaku “hura-hura” dapat mengundang bencana. Sikap berdisiplin demikian agaknya juga diperlukan dalam kegiatan usaha tani padi yang sukses.
Syeikh Abdus Samad sudah lama berlaku dari kehidupan masyarakat Reubee dan sekitarnya. Siapapun yang hidup pada masa ini hanya bisa menziarahi makam beliau di kampung Raya-Reubee, kira-kira 12 km arah ke barat daya Kota Sigli. Makam itu berada di bawah bangunan yang berbentuk dengan ukiran khas Aceh. Pohon angsana yang entah berapa tahun sudah umurnya memberikan suasana teduh dan nyaman saat berada dalam kompleks makam. Pangkal pohon melinjo yang sudah memfosil menjadi batu nisan di kaki makam agaknya menambah khidmat kita berada di lingkungan itu.
Masyarakat Reubee dan sekitarnya bisa merasakan bahwa roh Teungku Chik Di Reubee masih tetap hidup di hati masing-masing mereka, menghibur mereka tatkala menghadapi kesulitan serta mengingatkan mereka tatkala melampau batas. Di makam Teungku Chik Di Reubee mereka menemukan ketulusan yang menuntun mereka ke jalan yang benar. Di dalam makam itulah sekarang terbaring jasad Syeikh Abdus Samad As-Shagaf dari Iskandariah. Berabad-abad lamanya beliau terbaring di sana, beribu-ribu orang pernah datang menziarahinya, dan berjuta orang pernah menikmati hasil karyanya. Maha Suci Allah dengan Segala Ciptaan-Nya. Ya Allah, berilah almarhum Syeikh Abdus Samad As-Shagaf ganjaran dengan semulia-mulia ganjaran dan angkat tinggilah almarhum dengan keagungan-Mu dan kemurahan-Mu, wahai Tuhan Yang Maha Pemurah dari segenap pemurah

2 komentar: